Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi!
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.
Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab
sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan
diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”.
Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman
Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa
mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa
fitnah dan kejahatan bagi mereka.
Hijab Itu Kesucian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu
meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati
orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak
melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati
yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih
nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada
penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang
artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab:
32)
Hijab Itu Pelindung
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya):
“Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan
perlindungan”
Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang
melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla
telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.”
Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.
Hijab Itu Taqwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam!
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26)
Hijab Itu Iman
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita
beriman (yang artinya):“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.”
(Q.S. An-Nur: 31).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah
radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian
wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian
wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka
silahkan nikmati pakaian itu.”
Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya):
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu
adalah rasa malu.”
Sabda beliau yang lain (yang artinya):“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”
Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan
bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”
Hijab Itu Perasaan Cemburu
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang
laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat
yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan
terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang
wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu
‘anhu berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian
berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di
pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada
kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.”
Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi:
1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat.
2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan.
3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan.
4. Longgar dan tidak sempit atau ketat.
5. Tidak memakai wangi-wangian.
6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.
Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj)
Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi
anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan
diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum
berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya.
Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai
ketaatan.
Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga
menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan
meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka
memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari
jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan
menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan
ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia
dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya.
Kami Dengar Dan Kami Taat
Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera
menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya
terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada
sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang
berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat
kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling
dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:“Dan mereka berkata: “Kami
telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).”
Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka
itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara
mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S.
An-Nur: 47-48)
Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang
mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan
kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan
barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan
kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52)
Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah
radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita
Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya
wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak
melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini
ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka
ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S.
An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan
membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan
ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya.
Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri
mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena
percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya.
Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat
burung gagak.”
Dikutip dari Kitab “Al Hijab” Departemen Agama Arab Saudi